Website E-Commerce Kamu Kurang Laku? Coba Terapkan 7 Prinsip UX Terbaru Ini!

Ui & Ux April 23rd, 2025


Website E-Commerce Kamu Kurang Laku? Coba Terapkan 7 Prinsip UX Terbaru Ini!

Share

Pernah nggak, kamu mampir ke sebuah toko online, tapi bukannya checkout malah langsung close tab? Nah, itu bisa jadi karena UX design-nya kurang greget. Di tahun 2025, kompetisi e-commerce makin ketat. Bukan cuma soal harga atau promo, tapi juga pengalaman pengguna alias UX (User Experience) yang jadi penentu.

UX design yang bagus bikin orang betah, nyaman, dan... akhirnya beli. Tapi di era sekarang, UX design nggak lagi sekadar tampilan cakep. Ada prinsip-prinsip baru yang muncul karena tren, teknologi, dan ekspektasi pengguna yang terus berkembang.

Yuk, kita bahas satu per satu. Siapa tahu, ini yang bikin toko onlinemu jadi favorit banyak orang!


1. Personalisasi yang Relevan, Bukan Sekadar Nama di Header

“Selamat datang, Andi!” itu sih udah jadul. Sekarang, personalisasi lebih dalam lagi. Pengunjung ingin merasa dimengerti, bukan cuma dikenali.

Contohnya, kalau seseorang sering lihat kategori sepatu lari, kenapa nggak langsung tampilkan rekomendasi dan promo seputar itu di homepage-nya?

Data dari Accenture menunjukkan bahwa 91% konsumen lebih cenderung berbelanja di brand yang memberikan rekomendasi yang relevan.

Cara melakukannya?

  • Gunakan data riwayat belanja dan penelusuran
  • Tampilkan konten dinamis berdasarkan lokasi atau waktu
  • Sediakan filter yang otomatis tersimpan untuk kunjungan berikutnya

2. Desain Mobile-First yang Nggak Cuma Responsif

Punya website yang responsif aja udah cukup? Nope. Di 2025, semua harus mobile-first, bukan mobile-afterthought. Soalnya, 75% traffic e-commerce datang dari HP.

Desain mobile-first artinya kamu mulai desain dari layar kecil, bukan desktop. Jadi:

  • Tombol harus gampang di klik dengan satu jempol
  • Teks harus terbaca tanpa nge-zoom
  • Navigasi harus super sederhana

Coba lihat Shopee atau Tokopedia versi HP mereka—semuanya dirancang agar transaksi bisa selesai dalam 2-3 tap.


3. Loading Cepat = Closing Cepat

Siapa yang sabar nunggu website loading lebih dari 3 detik? Kayaknya hampir nggak ada. Bahkan, menurut Google, 53% pengguna bakal langsung cabut kalau halaman butuh waktu lebih dari 3 detik buat terbuka.

Maka dari itu, di 2025, kecepatan jadi segalanya.

Beberapa tips cepat:

  • Optimasi gambar (gunakan format WebP)
  • Gunakan CDN
  • Hindari plugin atau script yang nggak penting

Kecepatan loading bukan cuma soal teknis, tapi juga UX. Website lambat = pengalaman buruk = bye-bye konversi.


4. Desain Emosional dan Interaktif

Pernah lihat animasi kecil waktu kamu tambahkan barang ke keranjang? Atau icon yang berubah warna saat hover? Itu semua bagian dari micro-interactions yang bisa bikin pengguna tersenyum.

Desain emosional menciptakan pengalaman yang menyenangkan dan manusiawi. Elemen seperti emoji, ilustrasi lucu, atau bahkan sapaan ramah di chatbot bisa membuat website terasa lebih “hidup”.

Contoh nyata? Aplikasi seperti ZALORA pakai efek animasi ringan untuk tiap aksi user, hasilnya? Bounce rate mereka turun hingga 20%!


5. Navigasi yang Intuitif = Lebih Banyak Checkout

Kalau pengunjung butuh waktu lebih dari 5 detik untuk cari tombol checkout... bisa dipastikan mereka pergi.

Navigasi yang baik:

  • Konsisten di semua halaman
  • Punya search bar yang auto-suggest
  • Menyediakan shortcut seperti "Lanjutkan Belanja" dan "Lihat Produk Terakhir"

Biar gampang diingat:

  1. Jangan bikin pengunjung mikir
  2. Tampilkan jalan pintas ke tujuan populer
  3. Selalu ada tombol kembali/lanjut


6. Keamanan yang Terlihat dan Dirasakan

Di 2025, UX bukan cuma soal kenyamanan, tapi juga rasa aman. Jangan remehkan tampilan visual untuk hal ini.

Sertifikat SSL, ikon gembok saat checkout, atau tulisan “100% Aman dan Terjamin” bisa menenangkan user yang khawatir soal data mereka.

Fakta menarik: 70% pengguna lebih percaya pada website dengan desain profesional dan elemen keamanan yang terlihat jelas.

Beberapa trik:

  • Tampilkan badge keamanan
  • Gunakan 2FA untuk login
  • Tambahkan testimoni nyata dari pelanggan sebelumnya


7. Desain Ramah Aksesibilitas = Desain Ramah Semua Orang

UX yang inklusif bukan cuma tren, tapi keharusan. Sekarang makin banyak pengguna yang mengakses web dengan alat bantu, seperti screen reader.

Desain UX terbaru harus mempertimbangkan:

  • Kontras warna yang cukup
  • Alt text untuk semua gambar
  • Navigasi bisa dilakukan via keyboard

Dengan desain yang aksesibel, kamu nggak cuma membantu lebih banyak orang, tapi juga meningkatkan SEO!


Kesimpulan: UX Itu Investasi, Bukan Pengeluaran

Kamu bisa punya produk terbaik dan harga paling murah, tapi kalau UX-nya kacau, ya sama aja. Ingat, UX design itu bukan tentang tampilan doang, tapi gimana user merasa selama dan setelah menggunakan website kamu.

Coba deh evaluasi toko onlinemu sekarang. Apakah personalisasi udah relevan? Mobile-nya beneran nyaman? Navigasi Nya mulus? Kalau belum, yuk mulai diterapkan prinsip-prinsip UX 2025 ini sedikit demi sedikit.

Mulai dari satu hal dulu. Mungkin dari kecepatan loading atau personalisasi. Lalu uji hasilnya. Kamu akan lihat sendiri dampaknya ke konversi dan loyalitas pelanggan.

Kalau kamu suka artikel ini, jangan lupa share ke teman yang juga lagi bangun website e-commerce ya. Siapa tahu bisa jadi referensi bareng!