Kamu pernah buka aplikasi atau website dan langsung ngerasa, “Wah, ini enak banget diliat!”? Nah, itu bukan kebetulan. Di balik desain UI (User Interface) yang kece, ada strategi dan tren yang terus berkembang setiap tahunnya. Dan di tahun 2025 ini, tren UI makin seru terutama di mata pengguna Indonesia.
Kita nggak cuma ngomongin warna atau bentuk tombol doang, tapi soal pengalaman yang bikin orang betah dan balik lagi. Di artikel ini, kita bakal bahas tren UI modern 2025 yang jadi favorit banyak pengguna Indonesia. Siap? Yuk, kita mulai!
Mungkin kamu pernah lihat desain yang “liar”, banyak blok warna, huruf gede, dan elemen visual yang nggak biasa? Nah, itu namanya Neo-Brutalism. Tahun 2025, gaya ini makin naik daun di kalangan startup dan kreator digital Indonesia.
Kenapa? Karena tampil beda! Di era di mana semua serba clean dan minimalis, desain yang “berisik” malah jadi daya tarik. Apalagi buat audiens muda di Indonesia yang suka hal anti-mainstream. Gaya ini cocok banget buat brand yang pengen nunjukin kepribadian kuat dan berani beda.
Contoh kasusnya? Aplikasi event komunitas asal Bandung pernah ngalamin lonjakan traffic 30% setelah rebranding pakai gaya Neo-Brutalism. Ternyata banyak pengguna merasa desain itu lebih “manusiawi” dan fun dibanding tampilan generik.
Ciri khas Neo-Brutalism UI:
Pernah klik tombol dan muncul animasi lucu? Atau swipe ke kanan terus muncul suara “klik”? Nah, itulah yang disebut micro interaction. Ini adalah animasi kecil atau respon visual yang muncul saat pengguna berinteraksi dengan UI.
Di Indonesia, tren ini makin populer karena... ya, kita tuh suka hal kecil yang bikin senyum, kan? Bukan cuma keren, tapi micro interaction juga bantu pengguna ngerti apa yang terjadi saat mereka klik atau swipe sesuatu.
Dan tahu nggak? Sebuah riset lokal di tahun 2024 nunjukkin kalau 68% pengguna aplikasi mobile di Indonesia lebih suka UI dengan elemen animasi ringan karena bikin aplikasi terasa “hidup”.
Beberapa contoh micro interaction yang disukai pengguna:
Tren dark mode memang bukan hal baru, tapi di tahun 2025, tampilannya makin canggih. Sekarang kita bicara soal adaptive UI antarmuka yang bisa menyesuaikan dengan kondisi lingkungan pengguna.
Contohnya? Saat kamu pakai aplikasi di luar ruangan yang terang, UI-nya otomatis berubah jadi lebih cerah. Atau pas malam hari, UI langsung gelap biar mata nggak sakit. Canggih kan?
Khusus di Indonesia, tren ini jadi penting karena banyak pengguna aktif di malam hari. Mulai dari yang lembur kerja, baca webtoon, sampai nonton drama Korea dark mode itu penyelamat mata sejati!
Dan untungnya, framework modern seperti Tailwind, Chakra UI, dan Material 3 makin memudahkan developer untuk bikin adaptive UI tanpa ribet.
Kenapa Dark Mode & Adaptive UI disukai?
Pernah buka aplikasi e-commerce dan disuguhi produk yang “pas banget” sama selera kamu? Itulah hasil kerja dari AI dan UI yang dipersonalisasi. Di tahun 2025, semakin banyak aplikasi yang menerapkan personalisasi UI berbasis AI.
Buat pengguna Indonesia, personalisasi itu kayak dapet perhatian khusus. Siapa sih yang nggak seneng kalau app-nya ngerti kebiasaan kita?
Misalnya, pengguna yang sering buka aplikasi pagi hari akan disambut dengan tampilan UI cerah dan pesan motivasi. Sementara pengguna malam hari dikasih dark mode otomatis dan saran konten yang lebih santai. Keren kan?
Contoh implementasi AI dalam UI:
Mari jujur, seberapa sering kamu buka website lewat laptop dibanding HP? Yep, mayoritas orang Indonesia lebih sering browsing pakai smartphone. Makanya, mobile-first UI itu wajib banget di tahun 2025.
Tapi bukan cuma soal tampilan yang muat di layar kecil. Sekarang desain UI juga harus thumb-friendly alias nyaman diakses pakai jempol.
Banyak UI designer sekarang mikir, “Gimana caranya semua tombol penting bisa dijangkau jempol kanan atau kiri?” Karena kenyataannya, kebanyakan dari kita scroll sambil rebahan.
Tips desain mobile-friendly yang disukai pengguna:
Sebelum kita masuk ke penutup, ada beberapa fakta yang bisa bikin kamu angkat alis:
Nah, sekarang kamu udah tahu apa aja tren UI modern 2025 yang disukai pengguna Indonesia. Intinya, desain yang keren bukan cuma soal estetika, tapi juga soal pengalaman. Desain yang bisa “ngobrol” sama pengguna, ngerti kebutuhan mereka, dan bikin betah scroll lama-lama.
Kalau kamu lagi bangun aplikasi atau website, yuk coba evaluasi:
Apakah UI kamu sudah cukup personal? Apakah pengguna merasa dihargai saat berinteraksi?
Mulai dari hal kecil: perhatikan animasi, posisi tombol, pilihan warna, sampai adaptasi dengan waktu dan kebiasaan pengguna.
Ayo, buat UI yang bukan cuma dilihat tapi juga dirasakan!
Browse news by category