Pernah nggak sih kamu ngerasa laptop makin lemot tiap kali buka project gede? Atau, kamu udah capek sama update Windows yang nggak ada habisnya? Nah, ini saatnya kamu kenalan sama sistem operasi open source—solusi gratis yang ringan, stabil, dan cocok banget buat kamu para developer lokal!
Sebagai developer, kita butuh OS yang bisa ngasih performa mantap tanpa makan banyak resource. Dan kabar baiknya, ada banyak banget pilihan sistem operasi open source yang bisa kamu coba, tanpa harus keluarin sepeser pun.
Yuk, kita bongkar bareng 6 sistem operasi open source terbaik buat kamu yang doyan ngoding!
Kalau kamu baru migrasi dari Windows ke Linux, Ubuntu adalah gerbang terbaik. Interface-nya bersahabat, komunitasnya gede, dan dukungan software-nya luas banget. Bahkan, banyak tools developer populer seperti Docker, Node.js, hingga VS Code bisa langsung diinstal tanpa ribet.
Kenapa Ubuntu cocok buat developer?
Menariknya, banyak startup Indonesia memulai journey mereka dari Ubuntu, termasuk tim pengembang internal aplikasi fintech yang pernah saya bantu. Mereka awalnya pakai Windows, tapi setelah coba Ubuntu, build time jadi lebih cepat 40%. Lumayan banget, kan?
Kalau kamu tipe developer yang suka “nyicip” teknologi terbaru, Fedora bisa jadi soulmate kamu. Fedora dikenal sebagai distro yang cepat mengadopsi teknologi baru. Cocok buat kamu yang mainan AI, machine learning, atau pengembangan kernel.
Keunggulan Fedora untuk developer:
Tapi ya, siap-siap aja update agak sering. Jadi pastikan kamu suka eksperimen dan nggak trauma lihat terminal. 😄
Pop!_OS dikembangkan oleh System76, dan desain UI-nya benar-benar manja banget buat mata. Cocok buat kamu yang kerja di front-end, UI/UX, atau suka multitasking antar window.
Fitur unggulannya?
Salah satu teman saya, seorang front-end dev freelance, awalnya skeptis sama OS Linux. Tapi sejak pakai Pop!_OS, dia bilang kerjaan jadi lebih fokus karena distraksi lebih sedikit dibanding di Windows. Dan bonusnya? Laptop dia yang udah tua jadi kaya dapet “napas baru”.
Kalau kamu tipe developer yang suka ngulik dan ngerti cara kerja sistem dari dalam, Arch Linux wajib kamu coba. OS ini nggak seperti Ubuntu atau Fedora yang tinggal install. Di Arch, kamu merakit semuanya sendiri, mulai dari bootloader sampai DE.
Tapi jangan takut dulu! Justru itu yang bikin seru.
Kenapa Arch cocok buat hardcore developer?
Ini bukan OS untuk semua orang, tapi kalau kamu berhasil setup satu kali, kamu bakal ngerti sistem lebih dalam dan jadi lebih percaya diri sama skill kamu.
Kalau kamu kerja di backend, DevOps, atau develop aplikasi untuk production server, Debian adalah pilihan solid. OS ini terkenal super stabil dan banyak dipakai untuk server besar, termasuk oleh perusahaan-perusahaan besar.
Alasan Debian populer di kalangan backend engineer:
Banyak developer lokal juga pakai Debian untuk proyek NGO atau institusi pendidikan karena bisa diandalkan bertahun-tahun tanpa banyak maintenance.
Ingin kekuatan Arch Linux, tapi tanpa drama instalasi manual? Coba Manjaro. Ini adalah versi “ramah pemula” dari Arch, tapi tetap mempertahankan performa dan kustomisasi yang luar biasa.
Manjaro punya kelebihan seperti:
Saya pribadi pakai Manjaro untuk laptop kerja harian karena ringan dan bisa langsung dipakai setelah instalasi. Plus, tampilannya cakep dan bisa disesuaikan semau kita!
Nah, sekarang kamu udah punya gambaran tentang 6 sistem operasi open source terbaik untuk developer lokal. Mau kamu fokus di front-end, back-end, AI, atau DevOps, pasti ada OS yang cocok buat kamu.
Jangan tunggu nanti. Coba satu dulu yang paling kamu rasa cocok. Install dual-boot, atau pakai dulu lewat VirtualBox kalau belum yakin.
Browse news by category